Surat terbuka kepada alumnus MA Mafatihul Huda Cipari
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang tak mampu kita hitung, sampai langkah kita pada hari ini. Sholawat serta salam mari terus kita sanjungkan kepada Sang Inspirator Agung Nabi Muhammad SAW.
Anak-anakku alumnus MA Mafatihul Huda Cipari di manapun kalian berada, Madrasah kita memang belum lama berdiri. Tapi 7 tahun adalah waktu di mana saya – guru kalian – mendapat kesempatan banyak belajar bersama kalian. Selama tujuh tahun ini saya merasa justru saya lebih banyak belajar dari kalian, ketimbang saya yang memberikan pengalaman belajar kepada kalian: kalian murid-muridku sekaligus guruku.
Seperti syair yang kita nyanyikan bersama di akhir tahun, sebelum kalian melangkahkan kaki di dunia luar, “pisah hanya di lahirnya, di hati kita tetap satu.” Ya, perpisahan hanya satu episode dalam kehidupan, tetapi masih banyak episode-episode kebersamaan kita. Kita masih berada di satu group whatsapp. Pada beberapa event yang digelar MA Mafda, kalian masih tetap hadir, sebagai kakak kelas dari adik-adik yang masih belajar di MA, sebagai Dewan Kehormatan pramuka, bahkan akhir-akhir ini ada juga yang menjadi donator pembangunan MA Kita tercinta. Ini membuktikan kesungguhan cinta kalian terhadap almamater. Dalam hal ini, saya menyampaikan kebanggan saya kepada kalian.
Dulu, di sekolah mungkin saya tidak bisa mengantarkan kalian mendapatkan nilai 100 di ujian, tapi kalian ingat, saya dan guru lain pernah menyampaikan, ilmu itu dalam hati, bukan di atas kertas. Apalah arti angka-angka yang tertulis di raport dan ijasah jika kalian tidak seperti sekarang? Kini, kalian berada di tempat yang berjauhan satu sama lain. Ada yang menjadi pelajar, pedagang, petani, buruh, karyawan, pengusaha. Beberapa melanjutkan mengaji di pondok pesantren, dan mengajar ngaji di kampung. Ada juga menjadi aktifis NU. Ingatkah kalian, saya dulu pernah berpesan, jadi apa saja itu nomor dua, yang lebih penting bagaimana menjadi sesuatu. Dan menjadikan diri punya posisi yang bermanfaat di masyarakat.
Kita pernah menjalani hari-hari perjuangan di madrasah kecil di kampung halaman: madrasah baru, dengan fasilitas yang seadanya. Dan mungkin kalian akan sangat bersyukur melihat perkembangan madrasah hari-hari ini. Adik-adik klain bisa bersaing di beberapa lomba akademik dan non akademik, bahkan sampai tingkat nasional. Dari banyak postingan kalian di media sosial, saya sakin kalian bangga dengan hal itu. Tetapi satu hal, saya ingin kalian juga menjadi bagian yang juga sangat membanggakan bagi madrasah.
Baik buruknya madrasah dilihat dari alumninya, bukan dari berapa banyak piala di etalase, bukan dari seberapa mewah infrastrukturnya. Saatnya kalian mengangkat nama baik madrasah kita dengan menebar manfaat di lingkungan kalian. Jadilah lascar pelangi yang mewarnai dunia, di mana saja kalian tinggal. Jadilah anak yang membanggakan orang tuanya. Jadilah sahabat bagi orang-orang d sekitar kalian. Apapun profesi kalian, kalian adalah utusan dari madrasah. Kalian adalah penerus dari penerusnya guru-guru saya. Kalian harus membuat madrasah bangga.
Saya tidak memandang pangkat kalian, saya tidak memandang berapa banyak harta kalian. Saya tidak minta posisi dari kalian, saya tidak minta sepeser uang dari kalian. Namun kalian, harus menjadi sebaik-baik manusia, yang bermanfaat bagi lingkungannnya.
Semoga Allah melancarkan segala usaha kalian, menjaga kalian selalu secara lahir dan bathin. Jangan takut bermimpi, tapi takutlah kalua kalian tidak pernah melangkah untuk mendapatkan impian. Dan satu lagi, impian terbaik adalah menjadi orang yang punya kekuatan, posisi, serta bermanfaat. Sederhana tapi tekun dan jujur. Kalian akan menjadi orang yang bahagia.
Salam sejuk saya, dari tukang kebun di MA Mafda